Senin, 22 Februari 2010

Perbaikan Foto2 lama,kuno,berjamur dsb

Foto 2 Cantik q

SEJARAH FOTOGRAFI & PERKEMBANGANNYA

BAB I

SEJARAH FOTOGRAFI & PERKEMBANGANNYA




  1. PENGANTAR

Koq bisa ya waktu yang udah lalu kita liat lagi?

Pertanyaan itu tiba-tiba terlintas……………………………,…,…..

Mungkin pertanyaan itu juga yang pernah terlintas dalam benak teman-teman ketika melihat sebuah foto, apalagi foto yang sudah tua sekali. Teringat akan sebuah film si kembar Mary Kate-Ashley Olsen berjudul “When in Rome”. Salah satunya yang berperan sebagai seorang fotografer mengatakan bahwa fotografi adalah menghentikan waktu sedetik dan mengabadikan waktu untuk selamanya.

Senada dengan itu, ada sepenggal puisi yang saya kutip dari buku yang berjudul sebuah catatan kecil “Ungu Violet”, yaitu: “...waktu berlalu. Seperti pasir yang tak tertumpu...”.

Bait itu sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan kita yang terus berjalan. Waktu yang tak bisa terhenti karena tak mungkin menunggu, dan menerangkan betapa beruntungnya kita pada masa sekarang telah tersedia alat yang dapat mengabadikan momen dengan sempurna. Pernah nggak sih berpikir kalau foto itu seperti “reinkarnasinya” lorong waktu, dan kamera adalah media untuk mewujudkannya?

Banyak banget hal indah, lucu, sedih, haru yang udah kita lewatin mulai dari kita kecil hingga sekarang. Begitu banyak file yang berisi momen yang memiliki nilai histori yang besar, walaupun kita punya otak yang memiliki kapasitas layaknya komputer dalam menyimpan data. Tapi perlu diingat, otak kita tidak dapat menampung semuanya, jadi jangan heran kalau ada beberapa hal yang kita lupa:)

Contohnya aja waktu kita bayi, gimana rewelnya kita kan sama sekali kita nggak inget, jangan jauh-jauhlah, saat kita menginjak bangku SD saja, pasti ada beberapa hal yang kita lupa. Tapi berkat kamera—dan tentu saja sedikit ilmu fotografi, momen-momen istimewa yang sekiranya bakal luber tetap bisa kita lihat karena bisa diabadikan lewat gambar. Begitu bermanfaatnya benda yang bernama kamera yang membatu kita untuk menghasilkan berbagai kenangan untuk hidup kita, bukan?

Kalau kita ngomongin kamera, mungkin nggak banyak orang yang tahu nenek moyang kamera modern yaitu kamera obskura “ruang gelap” yang jadi kamera tertua yang ditemukan sekira abad 16.

DALAM buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Kemudian, pada abad ke-10 Masehi, seorang Arab bernama Ibn Al-Haitham menemukan fenomena yang sama pada tenda miliknya yang bolong.

Hanya sebatas itu informasi yang masih bisa kita gali seputar sejarah awal fotografi karena keterbatasan catatan sejarah. Bisa dimaklumi, di masa lalu informasi tertulis adalah sesuatu yang amat jarang.

Demikianlah, fotografi lalu tercatat dimulai resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya.

Adalah tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.

Penemu fotografi dengan pelat logam , Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.

Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan. Walaupun metode fotografi Daguerreotype benar-benar populer waktu itu, tapi bukan berarti nggak ada kelemahannya. Cara penggunaan yang merepotkan dan harus melewati proses yang rumit serta beratnya kamera sehingga enggak memungkinkan untuk bisa dibawa ke mana-mana adalah kelemahan metode fotografi Daguerreotype. Hal itu akhirnya memacu George Eastman, seorang penggemar foto dari Amerika untuk mengembangkan kamera yang tadinya menggunakan “pelat basah” menjadi “pelat kering” di tahun 1870-an. Delapan belas tahun kemudian, beliau memperkenalkan kamera “Kotak Kodaknya” yang menggunakan satu rol film untuk seratus gambar.

Sebenarnya, temuan Daguerre bukanlah murni temuannya sendiri. Seorang peneliti Perancis lain, Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 sudah menghasilkan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah manusia. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS. Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai beberapa jam sampai tercipta imaji.

Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari. Pada tahun 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama mengembangkan temuan yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis. Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia.

FOTOGRAFI kemudian berkembang dengan sangat cepat. Tidak semata heliografi lagi karena cahaya apa pun kemudian bisa dipakai, tidak semata cahaya matahari. Penemuan cahaya buatan dalam bentuk lampu kilat pun telah menjadi sebuah aliran tersendiri dalam fotografi. Cahaya yang dinamai sinar-X kemudian membuat fotografi menjadi berguna dalam bidang kedokteran.

Pada tahun 1901, seorang peneliti bernama Conrad Rontgen menemukan pemanfaatan sinar-X untuk pemotretan tembus pandang. Temuannya ini lalu mendapat Hadiah Nobel dan peralatan yang dipakai kemudian dinamai peralatan rontgen.

Cahaya buatan manusia dalam bentuk lampu sorot dan juga lampu kilat (blits) kemudian juga menggiring fotografi ke beberapa ranah lain. Pada tahun 1940, Dr Harold Edgerton yang dibantu Gjon Mili menemukan lampu yang bisa menyala-mati berkali-kali dalam hitungan sepersekian detik.

Lampu yang lalu disebut strobo ini berguna untuk mengamati gerakan yang cepat. Foto atlet loncat indah yang sedang bersalto, misalnya, bisa difoto dengan strobo sehingga menghasilkan rangkaian gambar pada sebuah bingkai gambar saja. Demikian pula penemuan film inframerah yang membantu berbagai penelitian. Kabut yang tidak tembus oleh cahaya biasa bisa tembus dengan sinar inframerah. Tidaklah heran, fotografi inframerah banyak dipakai untuk pemotretan udara ke daerah-daerah yang banyak tertutup kabut.

Adalah George Eastman (1854-1932) yang hanya seorang pegawai Bank di New York, memandang fotografi hanya sebagai hobi. Tapi nggak disangka-sangka yang juga bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan uang. Kamera Kotak Kodak George Eastman itu jadi kamera pertama portable dan benar-benar ngasih kemudahan untuk banyak orang. Didukung pemasaran yang baik, nggak heran kamera Kotak Kodak yang jadi pilihan utama. Selain itu, slogan iklannya yang berbunyi “You press the button, we do the rest”, sangat bersahabat dengan telinga para penggemar fotografi maupun bukan pada waktu itu.

Nah, itu semua cuma sebagian kecil sejarah kamera. Realitanya, banyak kamera yang diciptakan dari tahun ke tahun yang semakin beragam, misalnya saja kamera digital yang sudah menjamur di Indonesia dan menjadi salah satu alternatif bagi para fotografer amatir dan remaja sehingga dapat menghasilkan karya yang lebih modern, efektif, dan dinamis. Apalagi dengan kecanggihan dan kehebatan berbagai merek yang bersaing membuat tersedia banyak pilihan untuk bisa kita gunakan.

Bagi seorang fotografer pemula, berlatih dengan frekuensi tinggi memang penting. Kali aja, someday, kita bisa jadi penerus para fotografer profesional Indonesia seperti Darwis Triadi, Firman Ichsan, Oscar Motulloh, Yudhi Soerjoatmodjo, Jay Subyakto, Nico Dharmajungen, Erik Prasetya, Tara Sosrowardoyo dan tidak ketinggalan juga Timur Angin. Hanya tambahan buat temen-temen yang suka fotografi, pinter-pinter deh liat momen, dan yang penting tuh makna dari jepretan kalian karena foto juga bisa “berbicara


  1. K e m a j u a n P e s a t

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi kamera semakin hari berkembang semakin pesat. Fungsi dan kebutuhan penggunaanya pun semakin luas dirasakan oleh berbagai pihak. Kamera tidak hanya digunakan sekedar untuk menangkap objek yang berfungsi sebagai kenang-kenangan semata, tetapi juga digunakan untuk menangkap objek yang sedang bergerak. Sebut saja perkembangannya kemudian seperti kamera video, kamera mikro, kamera sensor dan lain sebagainya. Perkembangannya pun telah meliputi berbagai bidang, seperti pada bidang sinematografi, pendidikan, kedokteran, dan bahkan sampai pada bidang sistem pertahanan dan keamanan pun tidak terlepas dari penggunaan teknologi kamera ini.

Kemajuan teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran. Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran.

Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar. Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton. Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi karena kini foto digital juga sudah nyaris langsung jadi. Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.


Bagaimana pun, fotografi adalah bagian penting dari kebudayaan manusia.(ARBAIN RAMBEY)







Catatan kecil


  • Camera History



Kamera merupakan alat yang berfungsi untuk menangkap dan mengabadikan gambar/image. Kamera pertama kali disebut sebagai camera obscura, yang berasal dari bahasa latin yang berarti “ruang gelap”. Camera obscura merupakan sebuah instrumen yang terdiri dari ruang gelap atau box, yang memantulkan cahaya melalui penggunaan 2 buah lensa konveks, kemudian meletakkan gambar objek eksternal tersebut pada sebuah kertas/film yang diletakkan pada pusat fokus dari lensa tersebut.

Camera obscura pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan muslim yang bernama Alhazen seperti yang dijelaskan pada bukunya yang berjudul Books of Optics (1015-1021). Pada tahun 1660an ilmuwan Inggris Robert Boyle dan asistennya Robert Hooke menemukan portable camera obscura. Kamera pertama yang cukup praktis dan cukup kecil untuk dapat digunakan dalam bidang fotografi ditemukan pertama kali oleh Johann Zahn pada tahun 1685, nyaris lebih dari 150 tahun dari anggapan bahwa semua ini mungkin terjadi. Kamera fotografi pada awalnya banyak yang menerapkan prinsip model Zahn, dimana selalu menggunakan slide tambahan yang digunakan untuk memfokuskan objek. Caranya adalah dengan memberikan tambahan sebuah plat sensitif di depan lensa kamera tersebut setiap sebelum melakukan pengambilan gambar.

Jacques Daguerre merupakan salah satu dari orang yang berperan dalam dunia perkembangan teknologi kamera sekaligus memberikan jasa pada perkembangan dunia fotogarfi kita. Daguerre dilahirkan tahun 1787 di kota Cormeilles di Perancis Utara. Waktu mudanya ia adalah seorang seniman. Pada umur pertengahan tiga puluhan ia merancang "diograma", barisan lukisan pemandangan yang mempesona bagusnya, dipertunjukkan dengan bantuan efek cahaya. Sementara ia menggarap pekerjaan itu, ia menjadi tertarik dengan pengembangan suatu mekanisme untuk secara otomatis melukiskan kembali pemandangan yang ada di dunia tanpa menggunakan kuas atau cat, yaitu: kamera!